Headline
SELAMAT DATANG DI SITUS MTS NEGERI 3 CIAMIS # VISI MTsN 3 Ciamis : "Terwujudnya Tatanan Madrasah yang INDAH BERSEMI (Islamis, Nasionalis, Demokratis, berAkhlakmulia, Hebat, Bermartabat, Selaras, Moderat, dan Inovatif, Bebasis Kearifan lingkungan Hidup) # MISI MTsN 3 Ciamis : 1. Mewujudkan warga madrasah yang berjiwa Islamis, dengan mengamalkan nilai nilai Ajaran Agama Islam secara nyata, berhubungan vertikal dengan Alloh SWT, horizontal dengan sesama manusia maupun secara diagonal dengan lingkungan hidup. 2. Mewujudkan warga madrasah yang berjiwa nasionalisme dan memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa serta memiliki kepekaan terhadap pelestarian lingkungan hidup. 3. Mewujudkan lingkungan madrasah yang demokratis dan berbudaya dalam suasana kekeluargaan yang harmonis. 4. Mewujudkan karakter peserta didik yang beahkak mulia terhadap sesama maupun alam sekitar dalam menjaga dan melestarikannya. 5. Meningkatkan keunggulan dalam prestasi akademik maupun non akademik melalui pembinaan yang intensif serta keasrian dan kebersihan lingkungan madrasah dengan mewujudkan madrasah adiwiyata. 6. Meningkatkan kualitas lulusan peserta didik yang produktif dan berdaya saing didukung oleh lingkungan madrasah yang bersih, hijau, sehat dan nyaman. 7. Meningkatkan hubungan kerjasama antara warga madrasah dengan lingkungan masyarakat dan lembaga lain melalui berbagai kegiatan yang positif. 8. Memperkuat kualitas moderasi beragama dan kerukunan antar warga madrasah. 9. Meningkatkan kreatifitas untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau lebih baik. 10. Mewujudkan lingkungan madrasah yang hijau, bersih, sehat, aman dan nyaman dalam rangka mendukung Madrasah Adiwiyata.

Kepala Sekolah

Date and Time

Social Icons

Translate

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

Written By MTs Negeri 3 Ciamis on Sabtu, 18 Juli 2020 | Juli 18, 2020





Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh : Dr. Astri Riani Dewi, S.Pd, M.Si

Isu revolusi industri 4.0 bengitu hangat diperbincangkan dan dipersiapkan oleh pemerintah  pada tahun-tahun belakangan ini. Kemampuan berpikir manusia yang dinamis selalu membawa perubahan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah mengubah dunia hingga seperti saat ini, dan akan terus berlanjut di masa mendatang.


Belajar dari sejarah revolusi industri pertama dimulai ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Kegiatan manusia dalam kehidupan beralih ke mesin. Lalu revolusi industri kedua munculnya pembangkit listrik dan ruang pembakaran mesin (combustion chamber). Memicu terciptanya pesawat telepon, mobil, dan pesawat terbang yang kembali mengubah kehidupan manusia secara signifikan. Revolusi industri ketiga dan keempat terkait dengan keberadaan internet yang semakin memudahkan kehidupan kita. Pada revolusi industri generasi keempat menunjukkan tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala (internet of things atau IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif. Industri 4.0 membawa disruptif teknologi (disruptive technology) yang hadir begitu cepat dan menuntut kesiapan SDM disegala aspek  baik itu bidang ekonomi, kesehatan, politik, social budaya terlebih bidang pendidikan untuk segera beralih pada teknologi berbasis komputerisasi dan internet.
Kondisi di atas perlu adanya peran kongkrit pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang untuk menghadapi transisi menuju revolusi industri dunia keempat dimana teknologi informasi (TI) akan menjadi dasar manusia dalam menyelesaikan segala aktivitas kehidupan bahkan menjadi solusi dalam setiap permasalahan. Perkembangan revolusi industri yang sangat pesat membawa perubahan dengan segala konsekuensinya yang menyebabkan industri akan semakin kompetitif.
Berbicara masalah revolusi industri 4.0 dan kaitannya dengan pendidikan, tentu saja dunia pendidikan menjadi garda terdepan dan kunci penting dalam mengikuti arus revolusi industri ini. Sistem Pendidikan Nasional harus segera merespon dengan cepat dan tepat dalam pengembangan informasi dan teknologi di bidang Pendidikan, karena pendidikan diharapkan akan mencetak dan menghasilkan generasi-generasi berkualitas dan mampu bersaing di era persaingan global ini.
         Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan berat bagi guru Indonesia. Peran guru yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan , bergeser menjauh darinya . Di masa ini, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi. Mengutip dari Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum 2018, pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar. Tentunya sekarang sudah waktunya Dunia Pendidikan melakukan perubahan. Terutama guru dan siswa mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu Pembelajaran untuk mencetak kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital.
Perkembangan dalam bidang teknologi informatika pada Dunia pendidikan akan diikuti pula oleh perubahan organisasi-organisasi di dalam nya termasuk organisasi sekolah. Perkembangan teknologi informatika berlangsung secara cepat dan mempengaruhi cara bekerja orang-orang dalam organisasi menjadi  semakin kompetitif. Teknologi telah merubah organisasi menjadi lebih datar. Karena berbagai kegiatan organisasi bisa dilakukan secara digital atau online. Winardi dalam bukunya Manajemen Perubahan (Management of Change), mengatakan bahwa Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk memengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut, dan mengupayakan agar proses transformasi berlangsung dalam waktu relatif cepat dengan kesulitan-kesulitan seminimal mungkin. Jelas disini Ketika kita berbicara perubahan keorganisasian tentunya tindakan Perubahan apapun harus dilakukan suatu organisasi guna meningkatkan efektivitasnya.
Hakikat perubahan itu sendiri dalam pandangan Islam dimaknai bahwa perubahan yang dikehendaki adalah mengarah kepada perbaikan kearah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalamAl-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 11:
اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُمَابِقَوْمٍ حَتّى يُغَيِّرُوْامَابِاَنْفُسِهِمْ. )الرعد:۱۱(

Artinya:“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. al-Ra’du:11).
Hal ini ditegaskan oleh al-Shawi (tt:225-226) dalam Tafsir Al-Hawi ‘ala Al-Jalâlain yang menyebutkan sebagai berikut:Makna innallâha lâ yughayyiru mâ biqaumin (sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum)adalah lâ yaslubuhum ni’matahu (tidak mencabut dari mereka amanatnya). Sedangkan ayat hattâ yughayyirû mâ bianfusihim (kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka) maknanya min al-khâlati al-jamîlati bi al-ma’shiyati (dari sifat-sifat yang bagus dan terpuji menjadi perbuatan maksiat).
Atas dasar pemahaman ayat tersebut, berarti perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang positif (min al-khâlati al-ma’shiyati bi al-jamîlati). Oleh karena itu, dari ayat ini kita mengambil pelajaran bahwa Allah menghendaki kaumnya untuk melakukan perubahan, baik secara peribadi maupun organisasi dengan usaha-usaha, berfikir dan berinovasi yang terus dilakukan untuk menuju perubahan kea rah yg lebih baik.
Dalam rangka memasuki era revolusi industry 4.0 kita siapkan diri dan merubah cara pandang dalam pelaksanaan Sistem Pendidikan Di Era teknologi 4.0 ini. Dengan ini semua pihak harus ikut berkontribusi positif menjalin komunikasi dan kerjasama dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan dalam dunia Pendidikan. Tentunya Perubahan ini harus diikuti juga oleh peningkatan Pendidikan karakter bangsa dengan senantiasa menerapkan Pendidikan Agama dan Moral sebagai dasar dari proses Pendidikan demi membangun generasi yang cemerlang yang tidak hanya cakap dalam berbagai bidang tapi juga Generasi Bangsa yang berakhlaq mulia.


Juli 18, 2020 | 0 komentar | Read More

Belajar dari Covid 19 (Corona Virus)

Written By MTs Negeri 3 Ciamis on Jumat, 08 Mei 2020 | Mei 08, 2020


Belajar dari Covid 19
Oleh : Dr. Astri Riani Dewi, S.Pd, M.Si

Saat ini sudah hampir 5 bulan kita menghadapi masa pandemi covid 19. Semua elemen masyarakat dituntut untuk melakukan social distancing dengan berbagai  kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menghindari penyebaran wabah. Memberlakukan PSBB yang mengakibatkan banyak hal disarankan untuk di lakukan dirumah, baik bekerja ataupun kegiatan belajar mengajar yang sebagian besar menggunakan sarana digital dan online. Secara otomatis menuntut semua pihak siap tidak siap harus beralih ke penggunaan digital dan online baik untuk bekerja maupun belajar. Dan Era revolusi industry 4.0 sudah benar2 di depan mata, bahkan tidak disangka kita sudah memulainya.



Pandemi virus corona atau Covid-19 memaksa semua orang untuk melakukan adaptasi, tak terkecuali para guru. Sekolah boleh saja tutup, tapi aktivitas belajar mengajar harus berlanjut.Pembelajaran secara daring (online) selama ini digembar-gemborkan jadi solusi. Hanya saja, pembelajaran secara daring tak semudah yang dibayangkan. Dengan segala fasilitas kemudahan yang tersedia di layanan internet melalui aplikasi Google Class, Zoom, Skype, serta aplikasi-aplikasi lain tetap beberapa pihak atau kalangan mengalami kesulitan dengan metode ini.

Dikutip dari berbagai sumber, penerapan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) belum berjalan optimal, terutama di daerah pelosok dengan teknologi dan jaringan internet terbatas. Kesiapan infrastruktur sekolah, kemampuan guru mengajar dalam jaringan (daring), serta ketersediaan ponsel pintar yang memadai untuk menjalankan aplikasi belajar daring, juga menjadi persoalan lain dalam penerapan PJJ.

Keluhan para guru dan orang tua hampir berimbang. Guru banyak yang mengeluhkan bahwa pembelajaran jarak jauh dalam kondisi seperti ini hanya memungkinkan dilakukan lewat jaringan internet dengan aplikasi-aplikasi yang tersedia diatas. Sementara di sisi lain orang tua di harapkan memiliki peran aktif untuk membimbing dalam proses pembelajaran system ini. Banyak orang tua yang mengeluhkan selain kesulitan memahami dan membimbing anak-anak mereka dalam menyampaikan pengajaran sesuai arahan dari guru, tidak sedikit pula banyak orang tua yang tidak menguasai internet beserta fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya. Belum lagi keluhan keterbatasan kuota bahkan masih banyak wilayah Indonesia yang masih kesulitan jaringan internet serta listrik. Sementara kebiatan belajar mengajar tidak boleh berhenti dalam keadaan wabah covid 19 ini.

Meski banyak keterbatasan dalam proses ini, baik guru,siswa dan para orang tua berusaha mengenal,mempelajari dan menguasai teknologi informatika untuk belajar jarak jauh. Para guru siswa dan orangtua memanfaatkan berbagai layanan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini membuka mata kita membuka mata dunia akan pentingnya menguasai teknologi infornmatika untuk mempertahankan keberlangsungan hidup. Jika beberapa waktu lalu kita masih mempersiapkan diri untuk menghadapi revolusi industry 4.0 yang semakin deras lajunya, dengan covid 19 ini justru membuat kita semua siap tidak siap harus menggunakan teknologi aplikasi internet untuk berbagai kegiatan termasuk belajar mengajar.

Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2020 ini diperingati di tengah pandemi Covid-19. Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim  dalam pidatonya berpesan bahwa didalam kondisi seperti ini selain pentingnya mejaga kesehatan, kita semua selaku guru diharapkan tetap menjalankna tugas mendidik anak bangsa serta mengembangkan sarana belajar mengajar dan berinovasi untuk pendidikan lebih baik, tidak terbatas dalam kondisi krisis wabah covid 19 tapi nanti setelah wabah berlalu menjadikan system pendidikan menjadi lebih baik. Selain itu ditengah pandemic covid 19 kita semakin menyadari ternyata belajar bisa dimanapun dengan media apapun. Orang tua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru. Betapa sulitnya tantangan untuk bisa mengajar anak secara efektif. Kemudian menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada. Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja. Tetapi, pendidikan yang efektif itu membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga hal ini, guru, siswa, dan orang tua. Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi.

Pendidikan tidak akan berhasil kecuali dengan partisipasi, dukungan dan kerjasama semua pihak dengan menyadari pentingnya pendidikan. Semua pihak dituntut untuk terlibat dan siap melakukan proses pengajaran dengan bentuk dan cara yang mungkin tidak seperti biasanya. Dengan adanya covid 19 kita bisa ambil pelajaran bahwa kita harus siap menghadapi segala keadaan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk keberlangsungan hidup dan kekuatan bangsa dan Negara dengan membentuk generasi yang berkualitas dimasa yang akan datang.


Mei 08, 2020 | 2 komentar | Read More

Penerimaan Peserta Didik Baru MTsN 3 Ciamis Tahun Ajaran 2020/2021

Written By MTs Negeri 3 Ciamis on Sabtu, 04 April 2020 | April 04, 2020

Untuk memasuki tahun ajaran 2020/2021 kami / panitia PPDB MTSN 3 Ciamis membuka pendaftaran penerimaan suswa/i baru dengan ketentuan dan hal lainnya bisa dilihat pada brosur berikut




untuk pendaftaran silahkan isi data lengkapnya pada link berikut ini 


April 04, 2020 | 0 komentar | Read More

Peran Keluarga Dalam Masa Sosial Distancing

Written By MTs Negeri 3 Ciamis on Rabu, 01 April 2020 | April 01, 2020


Peran Keluarga Dalam Masa Social Distancing
(Pandemi Covid 19)
(Dr. Astri Riani Dewi, S.Pd.,MSi)


Sejak akhir desember lalu dunia digemparkan dengan penemuan virus baru yang mewabah pertama di Negara China tepatnya di wilayag Wuhan yang memakan korban begitu banyak. Baik korban meninggal maupun korban yang berhasil sembuh. Virus itu disebut Covid 19. Dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan beberapa Negara di dunia menyatakan negaranya termasuk salahsatu pandemi Covid-19, termasuk Indonesia pada awal Maret ditemukan pasien positif Covid 19, dan pertengahan Maret hampir semua provinsi terpapar Covid 19, dengan ditetapkanya beberapa wilayag dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kejadian ini membawa pemerintah pusat membuat berbagai kebijakan, yang di ikuti dengan instasi-instasi yang berwenang serta pemerintah daerah diberi kewenangan mengeluarkan kebijakan sesuai kebutuhan yang mengakomodir kepentingan di daerahnya selama tidak bertentangan dengan perundang-undangan diatasnya. Begitu juga dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan surat edaran (SE) No.4 tahun 2020 yang di tandatangani  tanggal 24 Maret 2020. Aturan ini berisi tentang bagaimana memprioritaskan kesehatan para siswa, guru, dan seluruh warga sekolah. untuk merumahkan para pelajar/siswa siswi dari mulai tingkat pendidikan kelas Bermain (PAUD),TK,SD,SLTP dan jenjang SLTA untuk belajar dengan system jarak jauh/ daring dan online, sebagai bentuk upaya pencegahan penyebaran COVID 19 ini. Bahkan yang semula Unjian Nasional akan ditiadakan untuk semua jenjang pendidikan dimulai tahun ajaran 2021, dengan kejadian ini di majukan mulai tahun ini.
Hal ini bukan perkara mudah, karena merupakan hal baru bahkan cenderung awam bagi beberapa kalangan, karena peran orang tua sangat utama dan dominan dalam membimbing anak-anak untuk belajar dirumah. Padahal dimungkinkan sebelumnya orangtua hanya mengingatkan anak-anak untuk belajar, tidak terjun langsung berperan sebagai guru dirumah. Permasalahan lain yang banyak dikeluhkan oleh para orangtua banyaknya tugas sekolah yang diberikan oleh guru. Padahal Menteri Pendidikan sendiri harapanya anak-anak belajar dirumah dengan bimbingan guru melalui jarak jauh dan online dengan mengedepankan, belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.Aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah.Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan baik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Dengan arahan ini diharapkan guru dan orang tua bersinergi untuk mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh yang dapat mengasilkan anak-anak memiliki karakter dan pengetahuan terapan yang mampu merubah pola pikir dan pola sikap mereka. Dengan kejadian ini diharapkan dapat mengoptimalkan peran keluarga sebagai madrosatul ula bagi anak-anaknya. Membangkitkan kesadaran orangtua bahwa merekalah tempat belajar yang pertama dan utama, seperti yang diajarkan dalam islam.
Allah SWT  Berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mengerjakan apa yang diperintahkan.'' (QS At-Tahrim: 6) . dan  “Rasulullah saw” bersabda, “Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhari). Imam Ghozali berkata, ''Anak adalah amanat dan hatinya yang suci merupakan mutiara, jika dididik dan dibiasakan melakukan hal-hal yang baik, ia pasti tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang saleh.”
Begitu jelas disampaikan dalam dalil Al-Quran maupun hadis bahwa orangtualah yang berperan dalam pendidikan anak. Sehingga dalam kondisi seperti ini orang tua diharapkan siap menjalankan kewajibanya. Keluarga diharapkan dapat menjadi laboratorium bagi sebuah peradaban masa depan bangsa yang dicitakan setidaknya bisa menjalankan pendidikan yang integratif dengan proses yaitu pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan emosi (psikis), pendidikan sosial, pendidikan seksual, dan pendidikan politik.
a) Pendidikan Iman
Pendidikan iman merupakan pondasi yang kokoh bagi seluruh bagian-bagian pendidikan. Pendidikan iman ini yang akan membentuk kecerdasan spiritual. Komitmen iman yang tertanam pada diri setiap anggota keluarga akan memungkinkannya mengembangkan potensi fitrah dan beragam bakat. Yang dimaksud dengan keimanan adalah keyakinan akan keberadaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Melihat perbuatan manusia, Tuhan Yang Maha Membalas perbuatan manusia, Tuhan Yang Maha Adil dalam memberikan hukuman dan pembalasan, Tuhan Yang Maha Mengetahui segala apa yang tampak dan tersembunyi. Inilah hakikat iman yang paling fundamental. Setiap orang merasa dirinya berada dalam pengawasan dan pemeliharaan Allah SWT.
Perasaan bertuhan menjadi sebuah landasan imunitas bagi semua manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Seorang ayah akan bekerja dengan benar untuk menghidupi keluarganya karena merasa diawasi oleh Tuhan Yang Maha Melihat. Seorang pejabat akan menunaikan amanah dengan benar, tidak menyalahgunakan wewenang walaupun ada banyak kesempatan ditemui, karena merasa diawasi oleh Tuhan.
Nilai-nilai keimanan harus dijadikan perhatian utama dalam membentuk imunitas keluarga dalam menghadapi arus globalisasi. Penanaman nilai-nilai keimanan dalam keluarga merupakan pengamalan Pancasila khususnya sila pertama. Apabila iman sudah tertanam dengan kuat, akan melahirkan pula kepatuhan manusia terhadap hukum dan aturan yang datang dari Tuhan. Semua hukum dan aturan yang diberikan oleh Tuhan untuk manusia adalah untuk kebaikan kehidupan manusia dan menghindarkan manusia dari kerusakan. Keluarga dibiasakan dan dilatih untuk mentaati hukum dan aturan dari Tuhan, agar kehidupan yang terbangun dapat berada dalam jalan yang benar.
Lebih jauh lagi, keimanan juga membentuk pemikiran dan cara pandang yang khas, yaitu manusia dalam memandang segala sesuatu dengan perspektif ketuhanan. Sebagai manusia beragama, semestinya dituntut memandang segala sesuatu dengan cara pandang yang bertuhan.
b) Pendidikan Moral
Pendidikan moral akan menjadi bingkai kehidupan manusia, setelah memiliki landasan kokoh berupa iman. Pada saat masyarakat mengalami proses degradasi moral, maka penguatan moralitas melalui pendidikan keluarga menjadi semakin signifikan kemanfaatannya. Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran nilai yang telah diterima oleh suatu komunitas. Moral berupa ajaran-ajaran atau wejangan, patokan-patokan atau kumpulan peraturan baik lesan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Setiap agama memiliki doktrin moral, setiap budaya masyarakat juga memiliki standar nilai moral, yang apabila itu diaplikasikan akan menyebabkan munculnya kecerdasan moral pada indiviudu, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
c) Pendidikan Emosi
Pendidikan emosi (psikis) membentuk berbagai karakter positif kejiwaan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kelembutan, sikap optimistik, dan seterusnya. Karakter ini akan menjadi daya dorong manusia melakukan hal-hal terbaik bagi urusan dunia dan akhiratnya. Pendidikan emosional  ini bermula dari keluarga, bahkan dimulai pada saat seseorang memilih pasangannya,menjalin keluarga yang sakinah mawadah warahman,melahirkan keturunan yang dididik dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang orangtuanya, sehingga mampu menjalani kehidupanya dimasa yang akan datang dengan kematangan emosional yang berkarakter positif.
d) Pendidikan Fisik
Pendidikan fisik atau pendidikan jasmani tak kalah penting untuk mendapat perhatian. Keluarga harus menampakkan berbagai kekuatan, termasuk kekuatan fisik: agar tubuh menjadi sehat, bugar dan kuat. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Di antara metoda pendidikan fisik dalam keluarga adalah pembiasaan pola hidup sehat, baik dari segi pola makan, pola istirahat, pola kegiatan, maupun dengan kegiatan olah raga yang teratur. Keluarga adalah lembaga pertama dalam mengembangkan pendidikan fisik ini bagi seluruh anggota keluarga.
e) Pendidikan Intelektual
Menciptakan kematangan intelektual adalah tugas keluarga dengan lingkungan yang kondusif, selain sekolah yang tentu sangat berperan dalam proses pematangan intelektual. Jika belajar dari negara Jerman, calon mahasiswa perguruan tinggi di Jerman dituntut telah mencapai hochschulreife, artinya kematangan, baik intelektual maupun emosional, agar dapat menempuh studi akademis. Pendidikan dalam keluarga berorientasi pada kematangan intelektual, agar anggota keluarga memiliki kesiapan untuk menghadapi berbagai kondisi dalam kehidupan dengan nalar yang sehat dan matang.
Secara konseptual, kematangan intelektual dapat dibentuk terutama lewat matematika dan bahasa. Matematika dapat memberikan cara bernalar logis dan kritis, sedangkan bahasa sebagai sarana bertutur dan menulis. Selain itu, diperlukan pula penggunaan metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat terintegrasi dengan baik.
f) Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial bermaksud menumbuhkan kepribadian sosial anggota keluarga, agar mereka memiliki kemampuan bersosialisasi dan menebarkan kontribusi positif bagi upaya perbaikan masyarakat. Pendidikan sosial memunculkan solidaritas sosial yang pada gilirannya akan mengoptimalkan peran sosial seluruh anggota keluarga.
Banyak kenyataan dalam kehidupan keseharian, anak yang disibukkan dengan dunianya sendiri, asyik dengan kecanggihan teknologi, baik itu playstation, handphone, komputer, atau benda teknologi lainnya. Anak mengurung diri di rumah atau kamar, tidak banyak keluar rumah, sehingga orang tua merasa tidak khawatir anaknya akan terkena pengaruh buruk dari pergaulan di luar rumah. Padahal keasyikan semacam itu membuatnya kehilangan kecerdasan sosial yang sangat diperlukan dalam kehidupan.
g) Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual juga diperlukan dalam keluarga. Kesadaran diri sebagai laki-laki atau perempuan penting untuk mendapatkan perhatian sejak dini agar mereka kelak memahami peranan sesuai kodratnya. Diharapkan dengan pendidikan seksual ini setiap anak mengetahui siapa dirinya apa peranya di dalam keluarga,masyarakat dan Negara. Ketika seseorang memahami peranannya sesuai kodrat yang diberikan oleh Allah SWT, maka kehidupannya di masa yang akan datang akan menjadi seimbang.
h) Pendidikan Politik
Suasana keluarga juga memegang peranan penting dalam pendidikan politik. Cinta, kasih sayang dan kemesraan hubungan yang diperoleh anak-anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang dapat mencetak jiwa dan perilaku sosial serta politik mereka. Politik identik dengan pengaturan segala urusan rakyat. Yang berkaitan dengan pemerintahan, kekuasaan,aturan dan ketaatan. Dengan dibangun kesadaran politik terhadap sianak diharapkan kedepanya mereka memiliki semangat untuk terus belajar dan mengembangkan dirinya demi kemajuan bangsa dan Negara.
Pandemi COVID 19  semoga segera berlalu dan kita semua bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Terutama bisa dijadikan ajang pembiasaan kembalinya peran keluarga dalam pendidikan anak. Tidak hanya mengutamakan pendidikan formal akan tetapi bisa mewujudkan generasi generasi tangguh yang akan melanjutkan peradaban dimasa yang akan datang atas dasar dukungan dan peranan keluarga.
Kebersamaan keluarga, sebagai akibat dari mewabahnya Covid-19 ini, merupakan kesempatan untuk mempererat jalinan keluarga sakinah, karena semuanya bisa kita laksanakan bersama, dari ibadah sampai pemenuhi kebutuhan hidup. Saat inilah momen yang sangat berharga, karena merupakan kesempatan untuk membina kasih sayang dengan bercengkerama dan kebersamaan seluruh anggota keluarga dalam melakukan semua aspek kehidupan, baik spiritual, pendidikan, pekerjaan, cinta kasih sesama. Semoga kita berhasil memperbaiki diri kita, melalui kebersamaan keluarga, dan berhasil melewati masa ujian inisehingga kita dapat mewujudkan keluarga sakinah, yang penuh cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah, setelah kita memasuki masa normal nanti.
Wallahu a’ lamabish-shawab.

April 01, 2020 | 0 komentar | Read More